Surat Untuk Calon Anakku

Surat ini Ibu tulis ketika Ibu belum tau jenis kelaminmu dan bahkan belum memikirkan nama untukmu. Teruntuk calon anandaku tercinta yang masih menjadi seonggok daging.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Nak, apa kabar kamu disana? Ibu tak sabar ingin melihatmu. Bagaimana rupamu? Apa warna kulitmu? Laki-lakikah atau perempuan?  Pertanyaan-pertanyaan itu selalu melayang di pikiran Ibu. Ibu terlalu senang atas pemberitahuan dokter bahwa Ibu tengah mengandung seorang cabang bayi, yaitu kamu nak. Ibu harap, kamu tumbuh dengan baik disana. Aamiiin.
Nak, taukah kamu? Ibu selalu makan makanan yang bergizi, agar kamu tumbuh sehat disana. Ibu takut kamu kekurangan gizi disana. Sekarang Ibu juga sudah mulai sering mengaji, setiap hari Ibu mengaji sekurang-kurangnya satu lembar. Dan Ibu sering menghadiri ceramah-ceramah. Ini Ibu maksudkan agar Ibu lebih memahami cara mendidik anak yang baik agar kamu menjadi anak yang shalih nantinya, jadi penerus ulama, jadi anak yang cerdas, dan patuh kepada Ibu dan Ayahmu. Ohya, ngomong-ngomong soal Ayahmu, beliau sebelum bekerja pasti mengelus perut Ibu terlebih dahulu dan menyuruh agar Ibu menjaga kesehatan. Beliau tidak ingin melihat anak pertamanya kenapa-kenapa di dalam kandungan. Ayahmu begitu perhatian terhadap kita, nak. Ibu beruntung mendapatkan suami seperti Ayahmu itu.
Nak, Ibu telah mempersiapkan segala hal yang nantinya kamu butuhkan. Mulai dari pakaian kamu, perlengkapan mandi, selimut supaya kamu tidak kedinginan, dan beberapa sepatu. Sepatunya lucu loo, nak. Ibu juga sudah belajar berbagai jenis masakan bergizi, karena Ibu ingin kamu tumbuh sehat nantinya.
Nak, banyak yang ingin Ibu ceritakan kepadamu. Dan karena terlalu banyak itu pula Ibu jadi tidak tahu mulai dari mana ceritanya. Tapi Ibu janji, ketika kamu sudah lahir nanti, Ibu akan banyak bercerita tentang cerita-cerita teladan dan yang baik untukmu. Sekian dulu ya nak, Ibu hendak memasak untuk Ayahmu.

Salam,

Nasyaya Ulva A
Ibu yang sabar menantimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Post-hiatus

Pusing Aduhai

Cerpen -Tak Selamanya Cinta Harus Menunggu