Solusi Cerdas Banjir Jatinangor

Nasyaya Ulva Arskadius
(Lupa Judul yang Sebenarnya)
            Jatinangor adalah sebuah kecamatan di kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Disana terdapat empat institusi perguruan tinggi ternama yaitu IPDN, ITB, UNPAD, dan IKOPIN. Banyaknya institusi perguruan tinggi ini mengakibatkan penambahan jumlah penduduk karena banyaknya pendatang ke daerah Jatinangor. Seiring dengan pertambahan penduduk ini, maka diperlukan lahan yang cukup agar mampu menampung kehidupan sang pendatang. Akibat dari bertambahnya kebutuhan lahan, maka orang-orang terpaksa mengalihfungsikan lahan untuk menjadikannya rumah-rumah maupun indekos bagi mahasiswa. Karena jumlah penduduk yang bertambah ini, semakin banyak pula sampah yang dihasilkan setiap hari yang dikhawatirkan akan menjadi sumber banjir.
            Hampir setiap tahun kecamatan Jatinangor mengalami banjir yang sulit diatasi. Ketidakmampuan pemerintah dalam pengadaan penampungan sampah raksasa yang mencapai 18 kubik per harinya, lemahnya pengawasan pembangunan, sistem pengelolaan sampah yang belum maksimal, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan menjadi penyebab terjadinya banjir ini didukung oleh curah hujan rata-rata pertahun Jatinangor yaitu 492.64 mm dan dangkalnya Sungai Cikeruh dan Citarik yang menampung air saat hujan. Tentunya penumpukan sampah dan keadaan banjir ini sangat meresahkan masyarakat dan menghambat aktivitas.
            Jika ingin melihat hebatnya Singapura dalam pengelolaan sampah, sangatlah patut untuk ditiru. Singapura mengolah sampah menjadi sumber energi dengan mesin insinerator sama seperti yang Swedia lakukan. Bahkan karena gencarnya program penggunaan kembali, Swedia sampai harus mengimpor sampah dari negara lain. Mungkin terlalu mahal sehingga sulit diperoleh. Oleh karena itu, sebagai masyarakat, kita dituntut untuk lebih kreatif dalam pengelolaan sampah dan mencegah banjir di Jatinangor ini. Terdapat beberapa cara yang dapat diimplementasikan dalam jangka waktu panjang maupun pendek.
            Cara yang pertama yaitu dengan pembuatan biopori sebagai bank sampah organik. Idealnya sebuah bank, maka biopori dapat kita ambil hasilnya yaitu berupa pupuk kompos. Pembuatan biopori juga tidak terlalu sulit. Kita hanya membutuhkan peralatan rumah tangga sederhana seperti linggis, pisau, kape, cetok. Hanya bor bioporinya saja yang dapat kita peroleh dengan harga terjangkau ataupun dapat juga kita buat sendiri. Pembuatan biopori ini dimulai dengan pembuatan lobang sedalam satu meter dengan diameter kira-kira 30cm. Kemudian kita dapat mengisi lobang tersebut dengan daun-daun kering maupun limbah rumah tangga seperti sayur yang tak habis dimakan. Selain menghasilkan pupuk kompos, lobang biopori ini juga berguna sebagai penampung air hujan dan meningkatkan daya resapan air. Sampah organik termanfaatkan, air pun tidak meruah. Lobang biopori ini diwajibkan bagi setiap perumahan agar tercapai manfaatnya.
            Cara kedua yaitu mengadakan sosialisasi penggunaan tas belanja bagi masyarakat. Ini bertujuan untuk meminimalkan angka penggunaan plastik di kalangan masyarakat. Seperti yang kita ketahui, limbah plastik adalah limbah yang sangat sulit untuk dihancurkan. Sosialisasi ini menargetkan ibu rumah tangga dan mahasiswa karena mereka yang paling banyak menggunakan plastik. Sosialisasi ini nantinya akan berisi tentang bahayanya penggunaan plastik dan mengajari pembuatan tas belanja yang praktis dan mudah dibawa.
            Cara ketiga yaitu dengan membuat sumur penampungan air hujan di tiap-tiap rumah warga. Idealnya menggunakan 25% dari lahan perumahan mereka untuk pembuatan sumur penampungan air hujan. Tidak hanya bermanfaat untuk menampung air hujan, sumur ini juga berguna sebagai cadangan air untuk menyiram tanaman, mencuci mobil, dan lain-lain. Akan tetapi air ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi mengingat belum adanya penelitian tentang pengonsumsian air hujan.

            Sebenarnya, masih banyak cara untuk mengatasi banjir dan sampah. Hanya keinginan kita yang harus kuat dalam melakukannya. Hal ini semua demi keberlanjutan lingkungan dan agar anak cucu kita dapat merasakan lingkungan yang bersih. Karena lingkungan yang bersih dapat menunjang prestasi. Semoga solusi ini dapat kita implementasikan mulai dari sekarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Post-hiatus

Pusing Aduhai

Cerpen -Tak Selamanya Cinta Harus Menunggu