Cerpen -Tak Selamanya Cinta Harus Menunggu
Namanya Azertian, sang pencuri handal. Telah lama aku mencari-cari dia dan ingin menanyakan padanya kenapa setelah dia mencuri, dia tidak pernah mengakui dan langsung berlari menjauh tak kembali. Sejenak aku berpikir, "mana ada pencuri yang mau ngaku". Entahlah, aku sangat membencinya sekaligus mencintainya. Mencintainya dalam diam. Iya, dia telah mencuri hatiku. Mungkin kata-kataku ini sedikit lebay kalau kata anak jaman sekarang, tapi itulah yang sebenarnya aku rasakan.
Hari ini hujan pertama turun semenjak tiga bulan terakhir. Setiap hujan pertama turun, aku berharap akan menemukannya di sudut jalan, karena disanalah, pada saat hujan pertama turun, kami bertemu secara tak sengaja. Gara-gara roti keju. Setelah itu kami saling ngobrol di sepanjang jalan pulang. Tanpa sadar, aku merasa nyaman dengannya dan kami pun bertukar nomor telepon. Hal itu menjadi kenangan paling sulit untuk dilupakan. Hari ini aku kembali menatap nanar pada ujung jalan itu. Karena takdir tidak mempertemukan kami kali ini walau aku sangat mendamba. Akhirnya kuseret kakiku mengunjungi perpustakaan kota demi mengumpulkan data yang akan dijadikan thesisku nanti. Perlahan kususuri lorong demi lorong rak buku sambil sesekali memerengkan kepala untuk membaca judul buku. Konsentrasiku buyar ketika melihat seseorang di seberang rak buku. Itu Azertian! Kuikuti kemana pria itu melangkah. Dan ketika tiba saatnya kami berpapasan, aku kecewa. Pria itu bukanlah Azertian. Semangatku melanjutkan pencarian sudah tidak ada. Kuputuskan untuk pulang.
Hari berganti hari. Aku lulus dengan predikat memuaskan. Sangat baik menurutku untuk orang yang tidak fokus mengerjakan thesisnya dan hanya berjuang pada hal sia-sia, yaitu menunggu seseorang yang aku sendiri tak tahu kemana ia pergi dan kapan ia akan kembali. Jika dihitung, aku telah menunggu dia tujuh tahun lamanya. Bukankah aku bisa dikatakan setia? Hari ini hujan, dan aku tengah termangu di halte, menunggu bus datang. Aku rasa, aku adalah duta menunggu-hal-tak-pasti. Kuhirup aroma white coffee yang baru saja kubeli di mesin otomatis untuk menghilangkan rasa dingin. Tiba-tiba seseorang disampingku menyodorkan sebuah roti. Kulihat ia tersenyum sambil berkata "Tak selamanya cinta harus menunggu kan?"
Komentar
Posting Komentar